BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah
satu perkembangan sektor pertanian ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
permintaan akan komoditi pertanian tertentu. Tingginya tingkat permintaan belum
bisa diimbangi dengan tingkat produksi komoditi yang dihasilkan. Hal ini
terjadi apabila teknik yang digunakan masih konvensional. Sebagaimana diketahui
bahwa produksi hasil pertanian membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan
pemenuhan permintaan komoditi seringkali diminta dalam waktu yang lebih cepat.
Sehingga, untuk mengatasi masalah ini perlu dikembangkan teknik produksi hasil
pertanian. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah teknik kultur jaringan.
Pemilihan
teknik kultur jaringan tentunya karena teknik tersebut memiliki kelebihan
dibandingkan dengan teknik konvensional. Salah satu keunggulan kultur jaringan
adalah dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dan waktu yang lebih
cepat dibandingkan dengan teknik konvensional.
Kultur
jaringan dilakukan pada lingkungan yang aseptis dan terkendali, yaitu di
laboratorium. Sehingga, pengetahuan mengenai laboratorium kultur jaringan
sangat penting bagi orang yang ingin mendalami kultur jaringan, dalam hal ini
adalah mahasiswa yang melaksanakan praktikum.
B.
Tujuan
Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk mengenalkan laboratorium kultur jaringan dan alat-alat yang
digunakan dalam pelaksanaan kultur jaringan.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa
asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk
membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit
dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan tanaman
terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel
tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara
cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau
sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem.
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan
tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai
sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur
jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat
unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus
kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan (Hamdan,
2008).
Di
dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan
peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume
aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk
kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang
persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin,
hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet
volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur),
alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse,
fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya
terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat
penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang
dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama
penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker
(Barahima, 2011).
Keberhasilan
dalam teknologi serta penggunaan metode in
vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan
hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama
dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon
(gula), vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen
organic, berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak,
tetapi dapat menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011).
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium
padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima
komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur
tumbuh dan suuplemen organik (Anonim, 2011).
BAB
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Lokasi
dan Waktu Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Minggu, 20 Mei 2012, di Laboratorium Imunobiologi.
B.
Alat
dan Bahan Praktikum
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis, sedangkan bahan
praktikum yang digunakan adalah alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan.
C.
Langkah
Kerja
1. Dijelaskan
tentang ruang-ruang yang berada pada laboratorium kultur jaringan.
2. Pada
ruang dapur, diberikan penjelasan tentang sterilisasi alat dan media serta
alat-alat yang digunakan untuk sterilisasi.
3. Kemudian
pada ruang kultur, diberikan penjelasan tentang laminar air flow dan penggunaan
alat kultur secara aseptis serta dijelaskan tentang bekerja secara aseptis
4. Pada
ruang penanaman dijelaskan tentang tanaman-tanaman yang dikulturkan serta
teknik kultur tanaman tersebut.
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan

Gambar 1

Gambar 2


Gambar 3

Gambar 4
B.
Pembahasan
Ruangan
yang paling tidak harus ada dalam laboratorium kultur jaringan adalah ruang
dapur, ruang kultur dan ruang penyimpanan. Ruang dapur berisi alat-alat seperti
autoclave, alat destilasi air, hotplate, dan wastafel. Autoclave digunakan untuk
mensterilisasi alat-alat atau bahan yang digunakan dalam kegiatan kultur
jaringan. Prinsip kerja autoclave adalah pengaturan suhu dan tekanan sampai
tingkat dapat mensterilkan alat dan bahan kultur. Suhu yang biasa digunakan
untuk sterilisasi alat adalah 121oC dengan tekanan 2 atm selama 15-30 menit,
biasanya 20 menit sudah cukup. Alat-alat yang disterilisasi seperti petridish,
gelas piala, botol erlenmeyer, dan wadah-wadah lain yang digunakan untuk wadah
media. Cara kerja autoclave adalah: alat-alat yang akan disterilisasi dibungkus
dengan menggunakan kertas atau alumunium foil, kemudian alat-alat tersebut
disusun maksimal sampai 3 susun. Setelah itu autoclave ditutup dan kunci,
kemudian dinayalakan agar tekanan dan
suhu di dalam autoclave bisa tinggi. Setelah suhu mencapai 121oC dengan tekanan
120 psi atau 2 atm (untuk sterilisasi alat), autoclave dibiarkan dalam kondisi
tersebut selama 20 menit. Setelah mencapai 20 menit, aitoclave dimatikan dan
dibiarkan suhu turun hingga 0oC agar ketika dibuka alat-alat yang disterilkan
tidak terlempar keluar karena suhu dan tekanannya masih tinggi.
Alat
lain yang terdapat di ruang dapur adalah alat destilasi air. Alat destilasi air
adalah alat yang digunakan untuk membuat air murni dari air keran. Cara
kerjanyaa adalah: air keran dialirkan melalui selang ke alat destilasi
tersebut. Air tersebut dipanaskan sehingga air murni akan menguap sedangkan
mineral yang terkandung di dalam air keran akan mengendap. Uap air akan
ditampung, dan akan mengembun menjadi air kembali, dimana air tersebut adalah
air murni atau steril yang hanya mengandung H2O. Selain itu terdapat pula
hotplate. Hotplate berfungsi untuk memasak media yang di dalam media diletakkan
batu magnet untuk mengaduk media yang dipanaskan.
Beralih
ke ruang kultur. Di dalam ruang kultur tersebut terdapat laminar air flow yang
bekerja secara aseptis. Sebelum laminar air flow digunakan, disemprot dengan
alkohol dan dilap dengan tisu. Pada laminar air flow terdapat filter yang
fungsinya untuk menyaring udara yang masuk, sehingga udara yang masuk adalah
udara steril atau telah bebas dari bakteri-bakteri dan mikroorganisme yang
dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kultur. Filter tersebut memiliki
ukuran lubang 0,02 mmol. Penanaman eksplan dilakukan pada ruang ini (laminar
air flow). Pada ruang tersebut tersedia alat-alat yang akan digunakan ketika
pengambilan dan penanaman eksplan, seperti pipet, scalpel, petridish, alkohol,
lampu bunsen, dan alat lainnya.
Setelah
eksplan ditanam, kemudian disimpan di ruang penyimpanan. Beberapa contoh
eksplan tanaman yang dikulturkan dapat dilihat pada gambar pada hasil
pengamatan.
BAB
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan penjelasan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam melakukan kegiatan kultur harus dalam kondisi yang aseptis, baik dari
segi ruangan, bahan, alat, maupun pelaksana. Ruangan yang minimal harus ada
dalam laboratorium kultur jaringan adalah ruang dapu, ruang kultur, dan ruang
penyimpanan.
BAB
VI. DAFTAR PUSTAKA
Hamdan.
2008. Kultur Jaringan.
http://hamdan-motor.blogspot.com/2008/07/kultur-jaringan. html. Diakses
pada tanggal 6 Juni 2012.
Anonim. 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas
Hasanuddin.
Suryowinoto. 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur.
Diakses pada
tanggal 6 Juni
2012.
0 komentar:
Posting Komentar