Senin, 27 Februari 2012

penyakit pada buah naga

Diposting oleh Unknown di 12.35 0 komentar

PENYAKIT PADA BUAH NAGA

A.    PENDAHULUAN
Buah Naga termasuk tanaman kaktus yang berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Utara dan saat ini sudah menyebar diseluruh penjuru dunia. Buah naga atau dragon fruit memang belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia. Tanaman dengan buahnya berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia dan merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan dan pengembangan tanaman buah naga sangat bagus dibudidayakan didaerah tropis seperti di Indonesia.
Selain memiliki banyak kegunaan, buah naga juga enak dan sering digunakan untuk pelengkap berbagai macam minuman dan makanan. Buah naga sebenarnya tergolong tumbuhan yang kuat dan mudah perawatannya. Tetapi tentunya dalam budidaya selalu ada gangguan hama dan penyakit yang menyerang yang bisa mengakibatkan hasil produksi yang tidak maksimal dan bisa mengalami kerugian. Oleh karena itu kita harus mengetahui penyakit apa saja yang dapat menyerang tanaman Buah Naga ini. Penyakit tanaman penting untuk diketahui agar kita dapat menanggulangi masalah yang dapat timbulkan oleh penyakit tanaman.

B.     TINJAUAN PUSTAKA
Banyak sekali penyakit yang dapat mengenai tanaman. Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut fitopatologi yang mempelajari tentang proses perkembangan penyakit-penyakit pada tanaman, serta cara menanggulangi penyakit tanaman tersebut (Anonim, 2008).
Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan subfamily Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari dari beberapa species, dan diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial (Anonim, 2011).
Selain hama tanaman, hama penyakit juga seringkali menyerang buah naga. Penyakit yang disebabkan oleh organisme fusarium menyerang cabang batang sehingga menjadi layu dan kelamaan menjadi busuk. Selain itu, ada pula penyakit pembusukan yang disebabkan oleh bakteri yang mana membuat buah naga menjadi layu. Gejala yang terlihat jelas adalah adanya lender berwarna putih kuning pada bagian tanaman yang busuk. Untuk mengatasi penyakit ini, bagian yang sakit harus terlebih dulu dicabut dan dibuang lalu diberi obat. Satu lagi, hama penyakit berupa jamur yang menyerang buah naga sehingga berpenyakit di bagian pangkal batangnya. Jamur ini biasanya muncul saat pembibitan awal dimana gejalanya terjadi pembusukan di pangkal batang dan muncul bulu putih. Untuk mengobatinya, bisa menggunakan fungisida (Anonim, 2011).

C.     PEMBAHASAN
Tanaman Buah Naga termasuk tanaman yang kuat dan relatif mudah perawatannya. Akan tetapi, dalam budidaya selalu ada gangguan penyakit yang menyerang, yang dapat mengakibatkan hasil produksi yang tidak maksimal dan bisa mengalami kerugian. Penyakit yang menyerang tanaman Buah Naga terhitung tidak banyak jenis dan penyebabnya. Meskipun demikian, jika tanaman terserang harus segera diatasi agar tidak menyebar ke tanaman yang lain, diantaranya adalah:
a.       Busuk Pangkal Batang
Penyakit ini umumnya menyerang pada awal penanaman buah naga, tanaman buah naga sering mengalami pembusukan pada pangkal batang, berwarna kecokelatan dan terdapat bulu putih. Pembusukan tersebut disebabkan oleh kelembaban tanah yang berlebihan sehingga muncul jamur yang menyebabkan kebusukan yaitu Sclerotium rolfsii Sacc. Penyakit ini sering terjadi pada bibit setek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan.
Pengobatan tanaman buah naga yang terserang penyakit ini dengan penyemprotan Benlate dengan dosis 2 g/ltr air atau menggunakan Ridomil 2 g/ltr air sebulan sekali. Bila muncul gejala kekuningan pada pangkal batang maka segera dilakukan penyemprotan pada seluruh batang dan diutamakan pada pangkal batang yang terserang.
Untuk pencegahan penyakit ini bisa dilakukan pengairan yang disertai dengan penyemprotan fungisida dan Atonik didaerah pangkal batang pada tanaman yang berumur 30 hari pada awal penanaman.


b.      Busuk Bakteri
Gejala tanaman buah naga yang terserang penyakit ini adalah tanaman tampak layu, kusam, terdapat lendir putih kekuningan pada tanaman yang mengalami pembusukan. Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas sp. Pengobatannya dengan mencabut tanaman yang sakit, kemudian pada lubang tanam diberi Basamid dengan dosis 0,5-1 g dalam bentuk serbuk kemudian pada lubang tanam tersebut ditanam bibit baru.
c.       Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl. Gejalanya antara lain cabang tanaman berkerut, layu, dan busuk berwarna coklat. Penanggulangannya dengan menyemprotkan Benlate dengan dosis 2g/liter air dalam seminggu 1-2 kali penyemprotan pada bagian batang dan cabang.
Macam-macam penyakit Buah Naga diatas sangat penting untuk diketahui agar kita dapat menanggulangi dan meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh penyakit tanaman tersebut.

D.    KESIMPULAN
1.      Penyakit yang menyerang tanaman buah naga tergolong sedikit jenisnya diantaranya adalah penyakit busuk pangkal batang, penyakit busuk bakteri, dan penyakit yang disebabkan oleh fusarium.
2.      Penyakit tanaman penting untuk diketahui agar dapat menanggulangi dan meminimalkan kerugian yang di akibatkan oleh penyakit tanaman tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Jenis Penyakit Tanaman. http://duniatanaman.com/jenis-penyakit-
tanaman.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011 pada pukul 01:00 WITA.
Anonim, 2009. Penyakit Tanaman Buah Naga. http://www.buahnaga.us/2009/04/hama-
dan-penyakit-tanaman-buah-naga.html. Diakses pada tanggal 3 0ktober 2011 pada
jam 14:00 WITA.
Anonim, 2011. Hama Penyakit Tanaman Buah Naga. http://tanaman.org/hama-dan-
penyakit-tanaman-buah-naga_323.htm. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2011
pada jam 14:00 WITA.
Anonim, 2011. Mengenal Buah Naga. http://www.naturindonesia.com/buah-naga.html.
Diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 pada pukul 14:00 WITA.

PENGELOLAAN LAHAN - PERBAIKAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN

Diposting oleh Unknown di 12.31 0 komentar

PERBAIKAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN

1.       Integrated farming
2.      _______________
3.      Pengelolaan lahan tambang
Dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah dengan Reboisasi atau penghijauan, akan tetapi untuk melakukan reboisasi di areal pertambangan, dihadapi beberapa masalah yaitu:
·        Kondisi tanah pertambangan yang telah terdegradasi, sehingga bahan organiknya hilang karena tanah bagian atas telah digali.
·        Kurang tersedianya air karena lanscapenya telah berubah
·        Adanya logam berat (emas, perak, tembaga) yang mencemari tanah dan keseimbangan unsur hara tanah terganggu, sehingga dapat meracuni tanaman dan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh. Tanah ini merupakan tanah bongkaran dari batu-batuan. Jika ada air, dapat memicu turunnya pH. Sedangkan tanaman pada umumnya tumbuh pada kisaran pH yang normal.
Untuk melakukan reboisasi tanaman, tanaman yang dapat digunakan adalah tanaman yang memiliki adaptasi yang tinggi. Jenis tanaman ada 3 yaitu:
1.       Tanaman yang sensitif  adalah tanaman yang cepat terpengaruh terhadap logam berat. Sehingga jika terkena logam berat tanaman bisa mati.
2.      Tanaman resisten adalah tanaman yang akan tetap bertahan hidup walaupun terdapat banyak unsur beracun di dalam tanah. Tanaman ini hanya mengambil unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya saja. Tanaman ini disebut juga tanaman toleran. Contoh: rumput.
3.      Tanaman akumulator adalah tanaman yang akan menyerap unsur yang ada di dalam tanah meskipun terdapat unsur beracun di dalamnya. Hal tersebut bisa terjadi karena tanaman ini bisa mentolerir unsur ini (disimpan dalam vakuola dikumpulkan menjadi sejenis mutiara) karena tanaman ini memiliki mekanisme khusus.
Pengelolaan lahan dipertambangan diperlukan agar lahan pertambangan maupun lahan yang telah digunakan sebagai tempat pertambangan dapat tertata dengan rapi dan ada upaya pengembalian (rehabilitasi dan reboisasi) agar zat-zat beracun dari pertambangan tidak mencemari lingkungan sekitar pertambangan.
Butuh waktu yang lama untuk melakukan rehabilitasi dan reboisasi pada lahan yang telah tercemar logam berat (lahan tambang). Pencemaran logam berat ini bisa terjadi secara alami dan sulit untuk dihindari.
Kontaminasi logam berat memiliki konsentrasi maksimumnya di dalam tanah, konsentrasi tersebut bisa menjadi acuan untuk mengetahui apakah tanah tersebut tercemar logam berat atau tidak. Konsentrasi maksimum logam Cu didalam tanah adalah 20 ppm. Jika konsentrasi logam Cu berada dibawah 20 ppm, lahan tersebut masih bisa digunakan untuk pertanian. Akan tetapi jika konsentrasinya lebih dari 20 ppm, sudah tidak dapat digunakan untuk pertanian karena beracun bagi tanaman maupun manusia. Akan tetapi bisa digunakan untuk pemukiman. Batas minimum kadar Cu untuk pemukiman adalah 50 ppm. Jika lebih dari 50 ppm bisa digunakan untuk perindustrian. Kadar Cu tersebut bisa dikurangi dengan mengambil logam tersebut dari dalam tanah.

Ada 2 pendekatan untuk merehabilitasi tanah yang tercemar:
1.       Ekstraksi/ dievaluasi yaitu tanah yang tercemar diambil, dibuang, dan diganti dengan tanah yang baru yang tidak tercemar.
2.      Remediasi yaitu penurunan kadar logam berat sampai batas yang ditentukan.

Jika kontaminasi terjadi pada bagian mata air (walaupun belum mencapai ambang tercemar) perlu dilakukan remediasi akan tetapi jika kontaminasi terjadi pada lahan yang akan dijadikan lahan pertanian dan belum mencapai ambang batas pencemaran, tidak perlu diadakan remediasi.

Penyebab Perubahan Iklim, Akibat dan Upaya Mengatasi Perubahan Tersebut

Diposting oleh Unknown di 12.29 0 komentar

Penyebab Perubahan Iklim, Akibat dan Upaya Mengatasi Perubahan Tersebut

Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk hidup. Semua aktivitas makhluk hidup dilakukan di bumi, termasuk manusia. Berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil (fosil fuel) yang berasal dari plankton berjuta-juta tahun yang lalu dan terkubur di bumi. Fosil fuel ini dapat menjadi autur, bensin, solar, minyak tanah, lilin dan wax. Hasil pembakaran bahan bakar ini berupa gas-gas yang dapat meningkatkan suhu bumi seperti CO2, yang biasa disebut dengan Gas Rumah Kaca (GRK). Sehingga aktivitas manusia yang berlangsung secara terus-menerus ini dapat menyebabkan Gas Rumah Kaca yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat. Hal ini menyebabkan jumlah Gas Rumah Kaca di bumi menjadi tidak seimbang dan dapat mengakibatkan perubahan iklim di bumi. Selanjutnya, dapat menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat dan menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer.
Terjadinya akumulasi panas di atmosfer dapat mengakibatkan suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti meluasnya pencairan es di kutub utara, meningkatnya suhu air laut, yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut, musim kering akan semakin kering dan musim penghujan akan lebih basah, meningkatnya curah hujan dan kondisi banjir, naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.
Dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Salah satu sektor yang paling terpengaruh dengan perubahan iklim adalah sektor pertanian yang akhirnya berdampak pada produktivitas pertanian dan pendapatan petani. Perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalami pergeseran dan pengelolaan lahan menjadi terganggu karena membutuhkan adanya adaptasi akibat perubahan tersebut. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Sehingga berdampak pada kurang tersedianya bahan pangan yang menyebabkan timbulnya kemiskinan.
Selain itu, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman padi di beberapa tempat mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Total serangan organisme pengganggu tanaman secara nasional pada periode Januari-Juni 2006 mencapai 135.988 hektar dengan gegel panen 1.274 hektar. Luas serangan ini lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Luas sawah yang terkena serangan 129.284 hektar pada Januari-Juni 2005. Beberapa jenis hama yang ditemukan antara lain penggerek batang padi, wereng batang coklat, tikus, dan tungro (sumber: Kompas,2006). Perubahan suhu tersebut juga dapat menyebabkan patogen yang awalnya tidak aktif (dalam keadaan dorman) akan aktif dan menjadi penyakit yang endemik.
Perubahan suhu juga bisa menyebabkan pola fotosintesis tanaman ikut berubah. Akibatnya, terjadi penyediaan pangan menjadi berkurang. Dampak perubahan suhu bagi hutan adalah akan sering terjadi kebakaran hutan, usaha rehabilitasi menjadi lebih sulit dilakukan. Dengan adanya kebakaran hutan, akan menambah gas-gas karbon di udara. Asap dari kebakaran tersebut akan terbawa angin sampai ke negara-negara tetangga yang menyebabkan terganggunya pernapasan dan asap tersebut juga dapat menghalangi pandangan jika ada pesawat yang melewati daerah tersebut sehingga akan menimbulkan kecelakaan pesawat. Dengan meningkatnya suhu bumi, waduk dan sungai-sungai akan cepat mengering sehingga ketersediaan air menjadi berkurang.
Akhirnya, kesejahteraan ekonomi petani menurun. Hal-hal diatas jelas merugikan petani dan sektor pertanian karena akan semakin menyusutkan dan menurunkan produksi pertanian yang berefek pada menurunnya pendapatan petani. Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika terjadi kegagalan maka petani akan merugi.
Untuk mengatasi semua masalah diatas, perlu dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi agar perubahan iklim tidak terjadi semakin luas.
a.       Upaya mitigasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi perluasan perubahan iklim dan dapat dilakukan dengan cara:
         Mengurangi penggunaan energi Fosil (fosil fuel)
         Mengurangi emisi gas rumah kaca
         Mencari atau mengembangkan energi alternatif:
Air (micro hydro), matahari, angin, panas bumi (geothermal), nuklir, biomasa (etanol, alkohol, algae, tebu, cassava, dll.), biodiesel (jatropha, richinus communis), hidrogen (sel photovoltaic), gelombang laut, dan sebagainya
         Meningkatkan upaya penyerapan gas rumah kaca ke dalam tanah, hutan, dan laut
         Reboisasi (penghijauan)
         Mengembalikan residu kedalam tanah
         Melaksanakan Reduce, Reuse, dan Recycle
         Melaksanakan pertanian yang berkelanjutan
         Pengembangan Pertanian Organik
         Meninggalkan pola hidup konsumtif
         Memperluas ruang terbuka hijau atau membuat hutan kota
         Menekan illegal logging, deforestation dan kebakaran hutan.
         Desain rumah/kantor yang hemat energi
         Meninggalkan penggunaan CFC/Freon
         Mematikan/menghemat alat listrik/elektronik
         Mendorong Tumbuhnya ‘Perusahaan hijau’.
         Pengembangan IPTEK Ramah Lingkungan.
         Memelihara/menjaga efisiensi mesin dan peralatan elektrokik.
         Perbaikan sistem transportasi umum.
         Mengurang penggunaan mobil pribadi.
         Mengurangi kemacetan/memperlancar lalu lintas.
b.      Selain upaya mitigasi, perlu juga dilakukan upaya adaptasi dengan keadaan iklim yang telah berubah seperti ini, diantaranya adalah dengan melakukan hal-hal seperti:
         Mengantisipasi efek perubahan iklim
         Menyusun strategi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk meningkatkan daya tahan terhadap perubahan iklim.
(Keterlambatan akan menimbulkan kerentanan sistem alam dan kehidupan dan akan memerlukan biaya yang lebih besar untuk mengatasinya)
         Meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat (pendidikan formal & nonformal)
         Membangun sistem peringatan dini untuk mengantisipasi terjadinya bencana (Banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, kelaparan, konflik sosial, rawan pangan, kebakaran, tanah longsor, dan sebagainya)
         Membangun sistem penanggulangan bencana dan sumber pendanaannya
         Membangun sistem tanggap darurat yang efektif
         Menyiapkan peta potensi bencana yang akurat
         Membangun sistem asuransi gagal tanam dan gagal panen
         Membangun sistem antisipasi serangan hama dan penyakit tanaman/ternak
         Pengembangan IPTEK yang adaftif terhadap perubahan iklim
         Membangun embung/bendungan penangkap air hujan
         Pengembangan sistem pertanian lahan kering yang tangguh.
         Pengembangan sistem irigasi hemat air/pipanisasi di lahan kering.
         Perencanaan pembangunan yang adaftif terhadap perubahan iklim, dan sebagainya.
 

Little Shining Light Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea