Untuk induksi kalus embriogenik kultur umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung auksin yang mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan konsentrasi
tinggi. Peran auksin dalam embriogenesis somatik antara lain untuk inisiasi
embriogenesis somatik, induksi kalus embriogenik, prolifersai kalusembriogenik,
dan induksi embrio somatic. Di samping auksin, sering puladiberikan sitokinin
seperti benzil adenin (BA) atau kinetin secara bersamaan (Bhojwani & Razdan, 1989). Menurut Indrianto
dkk. (2003) embriogenesis dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Induksi kalus embriogenik
Dilakukan
dengan dedifferensiasi pada sel somatik dengan mentransfer eksplant dalam
medium dengan kadar auksin tinggi. Selain itu dapat juga dilakukan dengan stress osmotic. Keberhasilan
tercapai apabila kalus yang terbentuk bersifat embriogenik yang
dicirikan dengan sel berukuran kecil, intibesar, sitoplasma padat, vakuola
kecil dan mengandung butir pati
2. Pendewasaan
Tahap pendewasaan adalah tahap perkembangan dari struktur globular membentuk kotiledon dan primordia akar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pendewasaan adalah tahap
yang paling sulit. Pada tahap ini sering digunakan auksin pada konsentrasi
rendah. Tahap pendewasaan melilputi perkembangan embrio menjadi bentuk
globuler, jantung, torpedo, kotiledon dan primordial akar.
3. Perkecambahan
Tahap perkecambahan adalah fase di mana embrio somatic membentuk tunas dan akar. Pada media perkecambahan konsentrasi zat pengatur tumbuh
yang digunakan sangat rendah atau bahkan tidak diberikan sama sekali.
4. Hardening
Tahap hardening , yaitu tahap
aklimatisasi bibit embrio somatik dari kondisi in vitro ke lingkungan baru di rumah kaca dengan penurunan kelembabandan peningkatan
intensitas cahaya.
0 komentar:
Posting Komentar